Rahmadanil.com – Sebagai kitab suci dan menjadi pegangan umat islam sampai akhir zaman, Al-Qur’an memuat banyak informasi, baik berupa perintah, larangan, petunjuk, dan kisah-kisah yang mengandung hikmah bagi kehidupan manusia. Kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an juga beragam, seperti kisah umat terdahulu dan juga kisah-kisah para nabi yang Allah utus kepada umat manusia. Salah satu kisah yang menarik adalah sebuah kisah yang terjadi pada masa pemerintahan raja Fir’aun . Pada saat itu sang Raja memiliki sebuah firasat dan juga petunjuk dari ahli sihirnya bahwa akan ada seorang anak laki-laki yang akan menggulingkan kekuasannya. Hal ini membuat sang raja khawatir, sehingga akhrinya ia mengeluarkan sebuah perintah untuk membunuh semua anak-laki-laki yang lahir dalam rentang waktu itu. Di sisi lain, periode ini juga menjadi masa di mana Allah mengutus seorang Nabi yang kelak akan diketahui bernama Musa dengan tugas utama adalah mendakwahkan ketauhidan di wilayah Mesir.
Untuk mendapatkan pemahaman terhadap nilai-nilai yang ingin disampaikan Allah melalui kisah ini, penulis menggunakan teori dari Algirdas Julien Greimas (selanjutnya ditulis A.J. Greimas), teori ini dikenal dengan sebutan teori Aktansial. A.J. Greimas menggunakan teori ini untuk meneliti dan mendapatkan informasi secara rinci dari kisah-kisah, dongeng, mitos-mitos maupun teks-teks naratif secara umum.[1] Penggunaan teori ini pada dasarnya menggunakan kerangka strukturalisme yakni sebuah kerangka penelitian yang lebih menekankan kepada struktur yang terdapat di dalam sebuah teks.[2] Kelebihan teori aktansial ini, selain melihat sebuah teks dari struktur lahirnya, di mana akan terlihat berbagai macam aktan yang muncul dalam kisah tersebut, juga melihat struktur batin dari teks tersebut, sehingga nilai-nilai universal dari sebuah teks dapat diungkap.
Baca juga : Umar bin Khattab dan Seorang Janda
A.J. GREIMAS DAN TEORI AKTANSIALNYA
Biografi dan Karya-karya A.J. Greimas
Nama lengkapnya ialah Algirdas Julien Greimas, ia juga memiliki nama baptis, yakni “Algirdas Julius“. Ketika ia tinggal di luar negeri, ia menggunakan namanya dalam versi Perancis yakni Julien. A.J. Greimas dilahirkan pada tanggal 9 Maret 1917 di Tula, sebuah daerah yang berada dalam lingkungan Kekaisaran Rusia. Meninggal : 27 Februari 1992 di Paris, Perancis.[3] Ayah Greimas, Julius Greimas (1882–1942) merupakan seorang guru dan pengawas sekolah lanjutan, berasal dari Liudvinavas di wilayah Suvalkija di Lithuania (sekarang). Ibunya bernama Konstancija Greimienė, née Mickevičiūtė (Mickevičius) (1886–1956) dan berasal dari Kalvarija, ia bekerja sebagai seorang sekretaris.
Pendidikan sekolah tinggi ia selesaikan pada tahun 1934 pada Sekolah Tinggi Rygiskiu di Marijampole. Kemudian melanjutkan S1 di beberapa tempat, pada awalnya belajar hukum di Vytautas Magnus University, Kaunas dan kemudian beralih ke linguistik di Grenoble University. Ia menyelesaikan pendidikannya ini pada tahun 1940, dan setelah itu kembali ke negeranya untuk menyaksikan invasi yang dilakukan oleh Jerman dan Rusia. Kemudian pada tahun 1944 ia kembali ke Prancis untuk melanjutkan program doktoral dengan tesis berjudul “le mode en 1830 : Essai de descritin de l’epoque.[4]
Selama masa hidupnya, Greimas dikenal sangat produktif dalam menulis, berikut beberapa di antara karya-karyanya : An Attempt of Methode pada tahun 1966, On Meaning : selected writings in semiotics theory pada tahun 1970, The Semiotics of Passions pada tahun 1991, Semiotics and Language , The Social Sciense, a Semiotic View, Structural Semantic, Of Gods and Men, De I’imperfections, dll.
Baca juga : Kisah keteladanan Nabi Musa
Teori Aktansial A.J. Greimas
Model aktansial adalah struktur universal yang dapat dipakai untuk melakukan analisis terhadap tindakan nyata maupun tindakan yang ada di dalam teks.[5] Aktan ditinjau dari segi tata cerita menunjukkan hubungan yang berbeda-beda. Dalam suatu skema aktan, suatu fungsi dapat menduduki beberapa peran, Sehingga seorang tokoh dapat menduduki beberapa fungsi dan peran di dalam suatu skema aktan.
Menurut Greimas aktan adalah sesuatu yang abstrak, seperti cinta, kebebasan, atau sekelompok tokoh. Ia juga menjelaskan bahwa aktan adalah satuan naratif terkecil, yaitu unsur sintaksis yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Yang dimaksud fungsi adalah satuan dasar cerita yang menerangkan kepada tindakan yang bermakna yang membentuk narasi. Setiap tindakan mengikuti sebuah perturutan yang masuk akal. Aktan adalah seseorang atau sesuatu yang menyempurnakan atau menjalani perbuatan. Aktan dapat berupa orang, antropromorfis (pelaku yang dipersonifikasi), zoomorfis (pada umumnya istilah ini mengacu kepada sesuatu yang berbentuk binatang, dewa atau keberadaan yang melebihi manusia), suatu barang atau keberadaan yang abstrak.
Adapun bentuk-bentuk aktan yang berada dalam 6 fungsi sebagi berikut:
- Pengirim (sender) adalah seseorang atau sesuatu yang mendorong atau menimbulkan keinginan subjek (subject) untuk mendapatkan atau mencapai objek (object). Oleh sebab itu, pengirim berfungsi sebagai penggerak cerita.[6]
- Penerima (receiver) adalah seseorang atau sesuatu yang menerima atau mendapatkan objek yang diburu oleh subjek. Receiver memiliki peran untuk membawa nilai dari sender.[7]
- Subjek adalah seseorang atau sesuatu yang ditugaskan oleh pengirim untuk mendapatkan objek.
- Objek adalah seseorang atau sesuatu yang diinginkan, dicari, atau diburu oleh subjek.
- Penolong (helper)adalah sesuatu atau seseorang yang membantu atau mempermudahkan upaya subjek untuk mendapatkan objek.[8]
- Penentang (opponent) atau Traitor adalah seseorang atau sesuatu yang menghambat upaya subjek untuk mendapatkan objek. [9]
Untuk sebuah struktur yang utuh, bentuk-bentuk aktan dapat digambarkan melalui skema aktan berikut ini :
Skema di atas terlihat hubungan yang saling keterkaitan satu sama lain, pertama-tama dimulai dengan dikirimkannya sinyal dari pengirim kepada subjek untuk mendapatkan objek. Dalam perjalanannya mencapai objek ini muncul penolong dan penghalang yang menjadi klimaks dari cerita tersebut, pada akhirnya subjek berhasil sampai kepada objek dengan mengalahkan penghalang melalui bantuan penolong dan menyerahkan objek tersebut kepada penerima. Beberapa aktan diatas bisa berada dalam satu tempat, misalnya aktan yang memiliki posisi sebagai subjek juga bisa menempati posisi sebagai receiver, sehingga seseorang atau sesuatu dalam sebuah teks naratif tidak memiliki kedudukan yang terbatas dalam fungsi aktan.
Untuk meneliti alur dari sebuah teks naratif, A.J. Greimas menempatkan cerita tersebut dalam bentuk struktur yang dikenal dengan istilah struktur fungsional. Struktur fungsional ini terdiri dari tiga bagian, yakni tahap bagian utama yang ditempati oleh situasi awal, kemudian bagian kedua atau yang dikenal dengan situasi transformasi dan terdiri dari tiga tahapan, yakni tahap uji kecakapan, tahap utama, dan tahap kegemilangan. Bagian terakhir adalah situasi akhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Bagian Pertama |
Kedua |
Ketiga |
||||
Transformasi |
||||||
Situasi Awal |
Tahap Uji Kecakapan |
Utama |
Kegemilangan |
Situasi Akhir |
||
Situasi awal adalah tahapan di mana munculnya keinginan untuk mendapatkan sesuatu, sehingga sender dalam hal ini mulai menghubungi subjek untuk kemudian diarahkan kepada objek, aktan yang muncul dan memiliki fungsi dominan pada tahap ini adalah sender, tapi pada tahap ini juga sudah muncul subjek dan objek. Tahap uji kecakapan adalah sebuah tahapan di mana subjek sudah memulai perjalanannya untuk mendapatkan objek sebagaimana tadi diperintahkan oleh sender, pada tahap ini ada beberapa aktan baru yang muncul yakni penolong dan penghalang yang memiliki fungsi sebagai penolong subjek dalam mendapatkan objek dan penghalang subjek untuk sampai kepada objek. Tahap utama adalah tahapan di mana subjek sudah berhasil menghadapi dan mengalahkan penghalang dengan bantuan penolong, sehingga subjek berhasil mencapai objek. Tahap kegemilangan adalah suatu keadaan di mana subjek sudah berhasil mendapatkan objek dan memberikannya kepada aktan baru yakni penerima. Situasi akhir adalah sebuah kondisi di mana penerima sudah mendapatkan objek dari subjek dan keadaan kembali normal seperti semula.[10]
Struktur Batin
Selain meneliti struktur lahir sebuah teks dengan melihat fungsi-fungsi aktan yang ada di dalamnya, A.J. Greimas juga meneliti struktur batin dari teks tersebut. struktur batin ini bertujuan untuk mengidentifikasi norma dan nilai dasar yang terkandung di dalam teks. penjelasan tentang struktur batin ini oleh A.J. Greimas ditempatkan dalam sebuah bagan yang disebut dengan istilah segiempat semiotik. Segiempat semiotik ini diwakili oleh 2 tanda yakni tanda positif (+) dan negatif (-) dalam 2 bagian. Bagian pertama antara s1 dan s2 sementara bagian kedua antara s-1 dan s-2. S1 dan s2 mewakili hubungan yang berlawanan sedangkan s-1 dan s-2 mewakili hubungan kontradiksi.[11] Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan berikut ini :
S1 |
S2 |
S-2 |
S-1 |
Ada tiga kaidah yang bisa digunakan untuk menganalisis struktur batin dalam sebuah teks. Pertama, memberikan nilai-nilai umum terhadap isi kandungan teks, hal ini dapat dilakukan dengan membagi isi teks kedalam blok-blok tematik, mengidientifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk aktan, dan mencoraki isotop spesial dan temporal dari aktan yang ada. Kaidah kedua adalah mengikuti analisis blok-blok tematik yang idividual dan lebih teliti. Kaidah ketiga adalah memberikan jarak antara struktur teks dengan struktur batin supaya dapat diambil nilai yang ingin disampaikan oleh teks tersebut secara universal.[12] Langkah ini nantinya akan menghasilkan segiempat pernyataan kebenaran yang memiliki fungsi untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai segiempat semiotik. Dalam segiempat pernyataan kebenaran ini terdapat pembedaan nilai-nilai yang menjadi milik subjek dan nilanilai yang diinginkan oleh destinantor dan receiver. Berikut bentuk dari segiempat pernyataan kebenaran :
Kerahasiaan |
Kebenaran | Pencairan | |
To be (+) |
To appear to be (+) | ||
Not to be (-) | Not to be appear to be (-) | ||
Kesalahan |
Aplikasi Teori Aktansial A.J. Greimas dalam Q.S Al-Qashash : 4-13
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَوَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ
وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا ۗ إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ
وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰ أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ
فَرَدَدْنَاهُ إِلَىٰ أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).
Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu. Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari Para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya Dia menjadi musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati-nya, supaya ia Termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: “Ikutilah dia” Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya. Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik kepadanya?”. Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Skema Aktan
Q.S Al-Qashash : 4-13 di atas menceritakan sebuah masa ketika Mesir dikuasai oleh seorang raja zalim yang bernama Fir’aun. Suatu ketika ia mendapatkan kabar bahwa kekuasaannya kelak akan dihancurkan dan diambil oleh seorang anak laki-laki yang lahir pada tahun itu. Hal ini kemudian membuat raja cemas dan ketakutan sehingga ia mengeluarkan perintah untuk membunuh setiap anak laki-laki yang baru lahir. Masa ini merupakan tahun diutusnya seorang nabi yang diperuntukkan di wilayah kekuasaan Fir’aun ini, yang kelak akan dinamakan Musa. Pada saat Fir’aun mengeluarkan perintah ini, nabi Musa baru saja dilahirkan sehingga ibunya merasa ketakutan anaknya akan menjadi korban keganasan Fir’aun. Pada saat-saat genting itulah pertolongan Allah datang kepada ibu nabi Musa, Allah memberikan petunjuk supaya ibu nabi Musa menghanyutkan bayinya yang masih sangat kecil itu di sungai Nil.
Dengan penuh keyakinan ibu nabi Musa mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Allah. Nabi Musa yang dihanyutkan tersebut akhirnya ditemukan oleh istri Fir’aun yang saat itu sedang mandi dan bermain di sungai. Ia kemudian membawa nabi Musa ke kerajaannya dan meminta kepada Fir’aun supaya ia bisa merawatnya sebagai anak angkatnya. Pada saat nabi Musa sudah berada di istana, ia tidak mau menyusu kepada siapapun hal ini membuatnya terus-terusan menangis. Kemudian istri Fir’aun berinisiatif untuk mencari orang yang bisa menyusuinya. Ibu nabi Musa yang mengetahui kabar ini langsung menuju istana dan menawarkan diri menjadi ibu susu Musa. Inilah akhir dari kisah Yusuf yang selamat dari kematian dan dikembalikan kepada ibunya dengan selamat.
Fungsi-fungsi aktan yang ada dalam cerita ini meliputi sender yang ditempati oleh Fi’aun dengan perintahnya untuk membunuh semua anak laki-laki yang lahir pada masa itu.
Hal ini terdapat dalam lafaz :
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
Fungsi yang kedua adalah subjek yang ditempati oleh ibu nabi Musa, ia mendengar bahwa Fir’aun memerintahkan anak buahnya untuk membunuh semua anak laki-laki yang lahir ketika itu sehingga ia yang baru saja melahirkan anak laki-laki yang bernama Musa merasa ketakutan. Ketiga adalah objek yang ditempati oleh nabi Musa, dalam hal ini adalah keselamatannya dari pembunuhan dan kekejaman Fir’aun.
Keempat adalah helper, dalam hal ini adalah petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada ibu nabi Musa untuk menghanyutkan nabi Musa ke sungai Nil. juga saudara perempuan nabi Musa yang mengikuti nabi Musa sampai akhirnya ditemukan oleh istri Fir’aun, helper juga ditempati oleh istri Fir’aun yang membawa nabi Musa ke istana dan meminta kepada Fir’aun supaya ia bisa mengangkatnya menjadi anak. Fungsi yang kelima adalah opponent dalam hal ini adalah keadaan di mana prajurit Fir’aun sudah berhasil membunuh sebagian besar anak laki-laki yang lahir ketika itu. Beberapa fungsi aktan ini sebagaimana terkandung dalam lafaz berikut ini :
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Fungsi yang terakhir adalah receiver yang dtimpeati oleh ibu nabi Musa yang dalam kisah ini berhasil menyelamatkan nabi Musa dan mendapatkannya kembali kepangkuanya. Dalam hal ini ibu nabi Musa menempati dua fungsi Aktan, yakni sebagai Subjek dan sebagi Receiver. Kedudukan ibu nabi Musa sebagai receiver dijelaskan dalam lafaz berikut ini :
فَرَدَدْنَاهُ إِلَىٰ أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Untuk lebih jelasnya mengenai kedudukan fungsi-fungsi aktan dalam kisah ini bisa dilihat menggunakan bagan berikut ini :
Struktur Fungsional
Struktur fungsional bertujuan untuk melihat alur sebuah teks secara utuh, sekaligus juga merinci fungsi-fungsi aktan berdasarkan tahapan-tahapan yang ditentukan. Berikut ini adalah struktur fungsional dari Q.S Al-Qashash : 4-13 :
Situasi awal
Cerita ini dimulai ketika Fir’aun yang saat itu memiliki kedudukan sebagai penguasa Mesir mengeluarkan sebuah perintah untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir. Hal ini dilakukannya karena ia mendapatkan penglihatan bahwa suatu saat nanti ada seorang anak yang akan menggulingkan kekuasaannya. Mendengar kabar ini, ibu Musa yang baru saja melahirkan merasa ketakutan dan mencari cara bagaimana agar Musa bisa selamat dari kekejaman Fir’aun. Pada saat itulah ibu nabi Musa mendapat petunjuk dari Allah untuk menghanyutkan Musa ke sungai Nil.
Situasi Transformasi
- Tahap Uji Kecakapan
Para tentara dan anak buah Fir’aun sudah berhasil membunuh banyak anak laki-laki. Oleh karena itulah dengan penuh keyakinan, ibu Musa mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Allah dengan menghanyutkan Musa di sungai Nil. Dalam hal ini, Allah juga menjanjikan kepada ibu Musa akan mengembalikan musa ke dalam pelukannya. Saat nabi Musa dihanyutkan, ibu nab Musa menyuruh saudara nabi Musa yang perempuan untuk mengikuti kemana arah hanyutnya nabi Musa dan siapa yang menemukannya. Akhirnya nabi Musa ditemukan oleh istri Fir’aun dan membujuk Fir’aun supaya ia bisa merawatnya dan mengangkatnya sebagai anak.
- Utama
Nabi Musa akhirnya selamat dan dibesarkan dalam kerajaan Fir’aun. Akan tetapi ia tidak mau menyusu kepada siapapun yang ada di istana sehingga istri Fir’aun mencari orang yang mau disusui oleh nabi Musa. Mendengar kabar ini, ibu nabi Musa datang ke istana untuk mewarkan diri sebagai ibu susu bagi Musa.
- Kegemilangan
Ibu nabi Musa berhasil memiliki anaknya kembali walapaun hanya dalam status sebagai ibu susu dalam kerajaan Fir’aun.
Situasi Akhir
Sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah, ibu nabi Musa mendapatkan anaknya dalam keadaan selamat dan juga dikembalikan kepada pelukannya meskipun dengan cara yang tidak terduga.
Struktur Batin
Analisis Struktur Batin
Segiempat Semiotik
Keyakinan |
Kesombongan |
Pertolongan Allah akan diberikan kepada siapapun yang mempunyai keimanan dan keyakinan. Ia bisa datang melalui cara apapun bahkan yang tidak diduga oleh pikiran manusia |
Orang yang sombong akan dengan mudah dijatuhkan oleh Allah. Ia bahkan tidak akan mengetahui dan menyadari bahwa kesombongannya sendiri yang akan menjatuhkannya. |
Dari kisah yang ada dalam Q.S Al-Qashash : 4-13 terlihat aktan yang sangat aktif adalah keyakinan ibu nabi Musa dan kesombongan Fir’aun. Oleh karena itulah segiempat semiotik yang muncul adalah seperti gambar di atas. S1 ditempati oleh keyakinanan dan s2 ditempati oleh kesombongan di mana keduamya berada dalam hubungan kontradiksi. Sedangkan s-1 ditempati oleh Pertolongan Allah akan diberikan kepada siapapun yang mempunyai keimanan dan keyakinan. Ia bisa datang melalui cara apapun bahkan yang tidak diduga oleh pikiran manusia, dan s-2 ditempati oleh Orang yang sombong akan dengan mudah dijatuhkan oleh Allah. Ia bahkan tidak akan mengetahui dan menyadari bahwa kesombongannya sendiri yang akan menjatuhkannya, keduanya berada dalam konteks hubungan yang saling berlawananan.
Dari sini juga dapat diambil beberapa hal yang menjadi nilai utama dari kisah ini, pertama mengenai keyakinan bahwa seseorang yang memiliki keyakinan teguh tanpa ada keraguan sedikitpun akan diberikan pertolongan oleh Allah. Cara Allah memberikan pertolongan terkadang melalui jalan-jalan yang tidak terduga sehingga penting bai manusia untuk selalu yakin pada pertologan Allah. Nilai kedua yang bisa diambil dari kisah ini adalah kesombongan, sebagai makhluk yang memiliki banyak kelemahan tidak pantas untuk berlaku sombong, sekalipun memiliki kekuasaan dan kemampuan dalam berbagai hal. Kisah ini membuktikan bahwa kemampuan yang manusia tidak ada apa-apaanya jika dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan.
Adapun penjelasan terkait dengan segiempat semiotik dapat dikembangkan melalui segiempat pernyataan kebenaran berikut ini :
K E I M A N A N |
KEYAKINAN |
K E S O M B O N G A N |
|
Allah selalu menepati janjinya kepada orang yang memiliki keyakinan kuat akan kekuasaan Allah. salah satu buktinya adalah dengan menyelamatkan Musa dan mengembalikannya kepada ibunya |
Orang yang sombong, merasa dirinya paling kuat dan tau segalanya akan jatuh oleh kesombongannya sendiri. Seperti Musa, orang yang sebenarnya Fir’aun cari dan bunuh malah ia besarkan dalam kerajannya. | ||
Pertolongan dan kehendak Allah memungkinkan apa saja untuk terjadi. Dalam pikiran manusia normal, adalah suatu kemungkinan yang kecil untuk selamat ketika seorang bayi hanyut di sungai. Tapi dengan percaya kepada janji Allah justru inilah yang akhirnya menyelamatkan Musa |
Orang kafir apalagi memiliki kekuasaan seperti Fir’aun merasa bahwa ia memiliki kekuasaan untuk melakukan apapun yang ia mau. Ia lupa bahwa kekuasaannya hanyalah suatu hal yang kecil dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan. |
||
KEKAFIRAN |
Daftar Pustaka
Busyrah, Hamidah. Model Aktansial dan Fungsional Greimas pada Sepuluh Cerkak dalam Antologi Geguritan Lan Cerkak Pisungsung, Skirpsi FIB UI 2012.
Marlianto, Dika Agung. Serat Asmarasupi dalam Kajian Strukturalisme Greimas, Skripsi FBS UNNES 2011.
Taufiq, Wildan. Semiotika untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, Bandung, Yrama Widya : 2016.
Karnanta, Kukuh Yudha. Struktural (dan) Semantik : Teropong Strukturalisme dan Aplikasi Teori Naratif A.J. Greimas Structural (and) Semantics: Structuralism’s Binocular and the Use of Narrative Theory of A.J. Greimas, ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015.
Yuniardi, Rendra. Narasi Ahsan Al Qashash dalam Al-Qur’an, Studi Struktural Narasi Yusuf dalam Surat Yusuf, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga 2008.
Ratna, Nyoman Kutha. Sastra dan Cultural Studies:Representasi Fiksi dan Fakta, Yogyakarta, Pustaka Pelajar : 2010
Eriyanto, Ananlisis Naratif : Dasar-dasar dan Penenrapannya dalam Analisis Teks dan Berita Media, Jakarta, Paramedina Group : 2015
Anggraini, Cyntia Dewi. dkk., Analisis Struktural Naratif Algirdas Julien Greimas pada Artikel Storytelling Project Sunlight Pt. Unilever Indonesia pada Bulan November 2014, e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016
Lestari, Ummu Fatimah Ria. Mitos Ukullek Orang Hubula di Lembah Baliem, Papua:Sebuah Telaah Teori Struktur A.J Greimas, Aksara , Vol. 26, no. 1, Juni 2014
Rozak, Rama Wijaya A. Pendekatan Struktural A.J. Greimas dalam Analisis Hikayat Iskandar Dzulkarnain, Deiksis – Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia.
Catatan Kaki
[1] Hamidah Busyrah, Model Aktansial dan Fungsional Greimas pada Sepuluh Cerkak dalam Antologi Geguritan Lan Cerkak Pisungsung, Skirpsi FIB UI 2012, hlm.17.
[2] Dika Agung Marlianto, Serat Asmarasupi dalam Kajian Strukturalisme Greimas, Skripsi FBS UNNES 2011, hlm. 22
[3] Wildan Taufiq, Semiotika untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, (Bandung, Yrama Widya : 2016), hlm. 104
[4] Wildan Taufiq, Semiotika untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, (Bandung, Yrama Widya : 2016), hlm. 103
[5] Dika Agung Marlianto, Serat Asmarasupi dalam Kajian Strukturalisme Greimas, Skripsi FBS UNNES 2011, hlm. 26
[6] Kukuh Yudha Karnanta, Struktural (dan) Semantik:Teropong Ttrukturalisme dan Aplikasi Teori Naratif A.J. Greimas Structural (and) Semantics: Structuralism’s Binocular and the Use of Narrative Theory of A.J. Greimas, ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015, hlm. 177
[7] Wildan Taufiq, Semiotika untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, (Bandung, Yrama Widya : 2016), hlm. 108
[8] Kukuh Yudha Karnanta, Struktural (dan) Semantik:Teropong Ttrukturalisme dan Aplikasi Teori Naratif A.J. Greimas Structural (and) Semantics: Structuralism’s Binocular and the Use of Narrative Theory of A.J. Greimas, ATAVISME, Vol. 18, No. 2, Edisi Desember 2015, hlm. 178
[9] Wildan Taufiq, Semiotika untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, (Bandung, Yrama Widya : 2016), hlm. 108
[10] Rendra Yuniardi, Narasi Ahsan Al Qashash dalam Al-Qur’an, Studi Struktural Narasi Yusuf dalam Surat Yusuf, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga 2008, hlm 23-24.
[11] Wildan Taufiq, Semiotika untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, (Bandung, Yrama Widya : 2016), hlm. 109
[12] Wildan Taufiq, Semiotika untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, (Bandung, Yrama Widya : 2016), hlm. 110
Tonton juga videonya :