Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil

mad

rahmadanil.com – mad wajib muttashil dan mad jaiz munfashil

Ilmu Al-Qur’an adalah salah satu ilmu yang sangat detail. Ia mengatur tata cara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus pelafalannya, mana tempat yang terlarang, atau boleh, atau harus memulai dan berhenti. Semua hal tersebut dibahas dalam ilmu tersendiri yaitu Ilmu Tajwid.

Pada bagian ini akan dibahas berbagai cara memaca al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid, khususnya tentang bacaan panjang, yaitu cara membaca hukum bacaan mad wajib muttashil, dan mad jaiz munfashil. Apa saja ketentuan-ketentuannya?  Dan Bagaimana cara membacanya?

Mad Wajib Muttashil

Mad wajib muttashil termasuk salah satu dari 13 bagian dari hukum mad far’i atau mad cabang dalam ilmu tajwid.

Pengertian

Mad wajib muttasil secara bahasa berasal dari 3 kata, yaitu mad yang berarti panjang, wajib yang berarti harus, dan muttasil yaitu bersambung.

Sedangkan secara istilah adalah apabila ada mad thabi’i (mad asli) bertemu dengan huruf hamzah yang berharakat fathah, dhummah ataupun kasrah dalam satu kata (bersambung).

Cara membacanya adalah dipanjangkan menjadi dua setengah (2 ½) alif atau sama dengan empat sampai lima harakat.

Contoh hukum bacaan

Mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah yang berharakat kasrah dalam satu kata

اُولٰۤىِٕكَ

Mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah yang berharakat dhumah dalam satu kata

وَاِذَا السَّمَاۤءُ

Mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah yang berharakat fathah dalam satu kata

اِلَّا ابْتِغَاۤءَ

 

Mad Jaiz Munfashil

Mad jaiz munfasil termasuk salah satu dari 13 bagian dari hukum mad far’i atau mad cabang dalam ilmu tajwid.

Pengertian mad jaiz munfashil

Cara membaca mad wajib muttasil adalah panjang dua setengah (2 ½) alif atau sama dengan empat sampai lima harakat.

Contoh hukum bacaan mad jaiz munfashil

Pertama-tama, pengertian secara bahasa, Mad jaiz munfasil secara bahasa berasal dari 3 kata, yaitu mad berarti panjang, jaiz artinya boleh, dan munfashil adalah terpisah atau di luar kata.

Selanjutnya, secara istilah, adalah apabila ada mad thabi’i yang bertempat pada akhir kata setelah itu terdapat hamzah yang bertempat pada kata yang lain setelahnya dan tidak ada yang memisahkan antara mad dan hamzah tersebut.

Mad thabi’i bertemu hamzah dalam kata yang berbeda.

وَمَآ اَدْرٰىكَ

Mad thabi’i bertemu hamzah dalam kata yang berbeda.

لَآ اُقْسِمُ

Komentarmu?