rahmadanil.com | Kisah Taubat Abu Hurairah
Sebagaimana telah kami sampaikan pada postingan terdahulu tentang hakikat taubat (baca juga : Pengertian dan hakikat taubat nasuha) bahwa bertaubat merupakan kebutuhan pokok manusia. Kewajiban untuk taubat ini berlaku bagi semua makhluk Allah, baik malaikat, para nabi, sahabat, raja-raja, dan umat manusia dari masa ke masa. Dalam postingan kali ini, kami akan menyampaikan tentang kisah taubat Abu Hurairah.
Abu Hurairah yang mempunyai nama asli Abdur Rahman bin Shakhr adalah seorang sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis meskipun hanya hidup bersama Nabi dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu faktor yang membuatnya paling banyak meriwayatkan hadis adalah karena ia selalu menghabiskan waktunya dengan mengikuti kemanapun Rasulullah pergi. Ia bisa mendengar dan melihat apa yang disampaikan dan dilakukan Rasulullah setiap saat.
Dalam pasal pertaubatan, Ibnu Qudamah menceritakan bahwa ia pernah membaca kitab Tanbihul Ghafilin sebuah kitab karangan Abu Laits As-Samarkandi tentang kisah yang diceritakan oleh Abu Hurairah. Berikut ceritanya :
Pada suatu malam, Abu Hurairah jalan-jalan keluar rumah setelah melaksanakan shalat isya bersama Rasulullah. Saat dalam perjalanan, Ia berpapasan dengan seorang wanita yang mengenakkan cadar. Wanita itu kemudian bertanya kepada Abu Hurairah, “Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya aku menanggung dosa yang sangat besar. Apakah ada kemungkinan dosaku akan diampuni dan taubatku diterima?”.
Abu Hurairah kemudian bertanya kepada wanita tersebut, “apa dosamu?”. Wanita tersebut kemudian menjelaskan, “aku telah berzina dan membunuh anak hasil zina”. Abu Hurairah terperanjat dan berkata kepada wanita tersebut, “Celaka, celaka engkau. Demi Allah, tidak ada taubat bagimu.
Mendengar perkataan tersebut, wanita itu terengah-engah dan jatuh pingsan. Dan setelah sadar ia langsung pulang kerumahnya.
Setelah wanita tersebut berlalu, Abu Hurairah berkata “Aku telah berfatwa, padahal Rasulullah ada di tengah-tengah kami”.
Menemui Rasul
Keesokan harinya, Ia berkunjung kerumah Rasulullah, dan ia mengatakan kejadian bersama wanita sebelumnya. Ia bercerita, “wahai Rasulullah, sesungguhnya seorang wanita telah datang kepadaku dan meminta fatwa tentang permasalahan yang sedang menimpanya. Ia bercerita bahwa ia telah melakukan zina dan membunuh anak hasil zina tersebut, lalu kujawab, “celakalah engkau, demi Allah, tidak ada taubat bagimu”.
Rasulullah kemudian bersabda : “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Engkau, demi Allah, celaka dan mencelakakan. Kenapa engkau tak memperhatikan kisah ayat ini?, lalu Rasulullah membacakan Quran surat Al-Furqan ayat 68-70.
“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)”
“(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “
Pertaubatan
Mendengar penjelasan Rasulullah, Abu Hurairah tersentak, ia menyesal telah memberikan fatwa yang salah, ia kemudian bertaubat kepada Allah dan langsung pergi menyusuri jalan-jalan besar kota Madinah sambil menanyakan apakah ada orang yang mengenal wanita yang pernah meminta fatwanya kemarin.
Saat itu ada sekelompok anak kecil yang mengenal wanita tersebut dan memberikan informasi kepada Abu Hurairah bahwa sejak kejadian itu, wanita tersebut menjadi gila. Kemudian ia menemui wanita tersebut, Ia langsung mengatakan bahwa Taubat wanita tersebut masih bisa Allah terima. Wanita tersebut kemudian berteriak keras karena gembira seraya berkata : “ Kebunku ini kusedekahkan untuk orang-orang miskin sebagai penebus dosaku”.
Mendengar perkataan wanita tersebut, Abu Hurairah merasa lega dan senang karena kesalahannya dengan memberikan fatwa yang salah kepada wanita tersebut telah ia perbaiki dengan meminta maaf sekaligus memberikan kabar gembira bahwa taubatnya masih bisa Allah terima.
Itulah cerita singkat tentang kisah pertaubatan seorang sahabat nabi, taubat Abu Hurairah karena fatwanya terhadap wanita. Semoga kisah ini dapat memperjelas gambaran kepada diri kita bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak terlepas dari kesalahan, termasuk para nabi dan orang-orang shaleh. Jika melakukan kesalahan, segeralah bertaubat karena pintu taubat selalu terbuka. Wallahu’alam
Sumber
Al-Qur’anul Karim
Ibnu Qudamah Al-Maqsisy, 132 Kisah Taubat Malaikat, Para Nabi, Sahabat, Raja-raja, dan Umat Manusia dari Masa ke masa, Mitra Pustaka, Yogayakarta : 2003
tonton juga : kisah manusia melawan iblis