Kisah seorang pemuda yang melawan iblis seorang diri

iblis

Rahmadanil.com – Ada sepasang suami isteri yang hidup dengan tenteram dan bahagia. Meskipun melarat, mereka taat kepada perintah Allah. Segala menghindari apa yang Allah larang, mereka juga beribadah dengan tekun. Si Suami adalah seorang yang alim dan tawakkal. Namun isterinya sudah lama mengeluh tentang kemiskinan yang tiada habis-habisnya itu. Ia memaksa suaminya agar mencari jalan keluar dari kemiskinan itu. Dalam bayangannya pasti akan menyenangkan jika segalanya serba cukup. Pada suatu hari, lelaki yang alim itu berangkat ke ibu kota untuk mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan ia melihat sebatang pohon besar yang tengah dikerumuni orang. Ia kemudian mendekat. Ternyata orang-orang itu sedang memuja pohon yang konon keramat dan sakti itu.

Banyak juga kaum wanita dan pedagang-pedagang yang meminta-minta agar suami mereka setia atau dagangnya laris.  “Ini syirik,” fikir lelaki yang alim tadi. “Ini harus diberantas habis. Masyarakat tidak boleh dibiarkan menyembah serta meminta kepada selain Allah.” Ia kemudian pulang dengan terburu-buru. Isterinya pun heran, mengapa suaminya kembali secepat itu. Lebih heran lagi waktu ia melihat si suami mengambil sebilah kapak yang tajam. Lelaki alim tadi bergegas keluar lagi. Isterinya bertanya tetapi ia tidak menjawab. Ia segera naik keledainya dan dengan cepat menuju ke pohon itu. Sebelum sampai, tiba-tiba melompat sesosok tubuh tinggi besar dan hitam. Dia adalah iblis yang menyamar sebagai manusia.

Bertemu si Iblis

“Hai, mau ke mana kamu?” tanya si iblis.  Orang alim tersebut menjawab, “Saya mau pergi ke pohon yang orang sembah bagaikan menyembah Allah. Saya sudah berjanji kepada Allah akan menebang pohon syirik itu.” Kamu tidak boleh menebang pohon itu, karena kamu tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Yang penting kamu tidak ikut-ikutan syirik seperti mereka. Sudah pulang saja.””Tidak, saya harus memberantas kemungkaran” jawab si alim bersikap tegas. “Berhenti, jangan teruskan!” bentak iblis marah. “Akan saya teruskan!” Karena masing-masing tegas pada pendirian, akhirnya terjadilah perkelahian antara orang alim tadi dengan iblis.

Kalau melihat perbedaan badannya, seharusnya orang alim itu bisa kalah dengan mudah. Namun ternyata iblis menyerah kalah, dan meminta ampun. Kemudian dengan berdiri menahan kesakitan dia berkata, “Tuan, maafkanlah kekasaran saya. Saya tidak akan berani lagi mengganggu tuan. Sekarang pulanglah. Saya berjanji, setiap pagi, apabila Tuan selesai menunaikan sholat Subuh, di bawah tikar sholat Tuan saya sediakan uang emas empat dinar. Pulang sajalah, jangan teruskan niat Tuan“. Mendengar janji iblis dengan uang emas empat dinar itu, lunturlah kekerasan tekad si alim tadi. Ia teringat isterinya yang hidup berkecukupan. Ia teringat akan celotehan isterinya. Setiap pagi empat dinar, dalam sebulan saja dia sudah boleh menjadi orang kaya.

Baca juga : Kisah Umar dan seorang Janda

Mengingat semua itu, akhirnya pemuda itupun pulang. Niat untuk memberantas kemungkaran tadi sudah terlupakan. Demikianlah, semejak pagi itu isterinya tidak pernah marah lagi. Hari pertama, ketika si alim selesai sholat, ia melihat tikar sholatnya.  Ternyata, betul ada empat benda berkilat, empat dinar uang emas. Dia meloncat riang, isterinya gembira. Begitu juga hari yang kedua. Empat dinar emas. Ketika pada hari yang ketiga, matahari mulai terbit dan dia membuka tikar sholat, masih ada uang itu. Tapi pada hari keempat dia mulai kecewa. Di bawah tikar sholatnya tidak ada apa-apa lagi kecuali tikar pandan yang rapuh.

Kemarahan sang istri

Isterinya mulai marah kerana uang yang kemarin sudah habis. Si alim dengan lesu menjawab, “Jangan khawatir, mungkin besok kita akan dapat delapan dinar sekaligus.” Keesokkan harinya, harap-harap cemas suami-isteri itu bangun pagi-pagi. Selesai sholat ia melihat sajadahnya kosong.  “Kurang ajar. Penipu,” teriak si isteri. “Ambil kapak, tebanglah pohon itu.” “Ya, memang dia telah menipuku. Akan aku habiskan pohon itu semuanya hingga ke ranting dan daun-daunnya,” sahut si alim itu. Maka segera ia mengeluarkan keledainya. Sambil membawa kapak yang tajam dia memacu keledainya menuju ke arah pohon yang syirik itu.

Di tengah jalan iblis yang berbadan tinggi besar tersebut sudah menghadang. Katanya menyorot tajam, “Mau kemana kamu?” hardiknya. “Mau menebang pohon,” jawab si alim dengan gagah berani.  “Berhenti, jangan lanjutkan.“ “Bagaimanapun juga tidak boleh.” Maka terjadilah kembali perkelahian yang hebat, tetapi kali ini bukan iblis yang kalah, tapi si alim yang terkulai. Dalam kesakitan, si alim tadi bertanya penuh heran, “Dengan kekuatan apa engkau dapat mengalahkan saya, padahal dulu engkau tidak berdaya sama sekali?”

Iblis itu dengan angkuh menjawab, “engkau dulu bisa menang, kerana waktu itu engkau keluar rumah untuk Allah, demi Allah. Andaikata kukumpulkan seluruh tentaraku untuk menyerangmu, aku takkan mampu mengalahkanmu. Sekarang kamu keluar dari rumah hanya kerana tidak ada uang pada tikar sejadahmu. Maka biarpun kau keluarkan seluruh kekuatanmu, tidak mungkin kamu mampu menjatuhkan aku. Pulang saja. Kalau tidak, kupatahkan nanti batang lehermu.” Mendengar penjelasan iblis ini si alim tadi tertunduk lemas. Ia merasa bersalah, dan niatnya memang sudah tidak ikhlas kerana Allah lagi. Dengan terhuyung-hayang ia pulang ke rumahnya. Niat untuk menebang pohon itu batal seketika. Ia sadar bahwa perjuangannya yang sekarang tanpa keikhlasan, dan perjuangan yang semacam itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain dari kesia-siaan yang berkelanjutan.

Tonton juga video nya : Manusia vs Iblis

Komentarmu?