Kisah Keteladanan Umar bin Khattab

umar bin khattab

Rahmadanil.com – Umar bin Khattab lahir di Mekkah pada tahun 581 M. Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qurth bin Rizzah bin Adi bin Ka’ab. Ibunya bernama Khantamah binti Hasyim. Beliau masuk islam pada tahun 608 M dalam usia 27 tahun. Sebelum masuk islam, ia adalah seorang penentang agama islam dan sangat membenci Nabi Muhammad. Semua itu berubah ketika ia datang menemui adiknya, Fatimah yang telah lebih dahulu masuk islam. Umar memarahi dan menampar Fatimah yang sedang membaca Al-Qur’an. Ia kemudian mengambil lembaran yang dibaca Fatimah dan membacanya, saat itulah hidayah datang ke hati Umar.

Setelah masuk Islam, Umar menjadi salah satu pelindung kaum muslimin. Sosoknya yang gagah dan kekar sering membuat orang-orang Quraiys merasa gentar untuk mengusik dan menyakiti kamun muslimin. Ada beberapa julukan Umar, seperti Al Faruq (pembeda), Abu Faiz (orang yang cerdas), dan Abu Hafas (orang yang tegas).

Sifat-sifat Umar bin Khattab

Umar bin Khattab memiliki banyak sifat yang bisa kita contoh, seperti sifatnya yang pemberani dan tegas hanya untuk membela islam. Salah satunya ketika kaum muslimin hendak Hijrah dari Mekah ke Madiah. Umar dengan tegas menyampaikan kepada orang-orang Quraiys sebuah kata-kata yang sangat fenomenal.

“Barangsiapa yang ingin ibunya mati nelangsa, anaknya jadi yatim, dan istrinya jadi janda, maka silahkan menghadapiku”,

Sejak saat itu kaum muslimin bisa berhijrah dengan aman tanpa takut akan orang-orang Quraisy akan mengahalanginya. Selain itu, Umar juga terkenal akan kebijaksanaan, kesederhanaan, dan seorang pemimpin yang adil serta dekat dengan rakyatnya.

Baca juga : Kisah keteladanan Aisyah R.A

Bijaksananya Umar bin Khattab

Suatu hari ada seorang lelaki Mendatangi Umar bin Khattab. Ia mengadukan masalah rumah tangga yang sedang dihadapinya. Saat lelaki tersebut sampai di rumah Umar, ia mendengar Umar sedang diomeli oleh istrinya dan Umar hanya diam saja. Melihat kejadian itu si lelaki bergumam: “Khalifah Umar saja nasibnya begitu, sama saja denganku”.

Saat lelaki itu hendak pergi, Umar memanggilnya dan menanyakan keperluan lelaki itu. Lelaki itupun menceritakan bahwa ia datang untuk menceritakan kelakukan istrinya yang sering memarahinya. Tetapi karena melihat dan mendengar Umar yang hanya diam saat dimarahi istrinya, lelaki itupun hendak kembali dan memilih untuk melakukan yang sama dengan Umar.

Mendengar penuturan lelaki itu, Umar kemudian berkata :

“Saudara, aku rela mendapatkan perlakuan seperti itu dari istriku karena seorang istri punya beberapa hak atas suaminya. Ia memasak, mencucikan pakaian, bahkan menjaga dan menyusui anak-anak, padahal itu semua bukan kewajibannya sendiri. Aku juga terhindar dari melakukan perbuatan haram karena ada dia juga, oleh sebab itulah aku hanya diam saat dia marah”.

Lelaki itu kemudian bertanya :

“kalau istriku harus diperlakukan seperti itu juga wahai amirul mukmini?

“ya, terima saja marahnya, karena biasanya itu tidak akan lama”, jawab Umar.

Akhirnya lelaki itu pulang dan dalam hatinya ia merasakan betapa bijaksananya seorang Amirul mukminin dan sangat menghormati istrinya.

Komentarmu?